Senin, 05 September 2016

Museum Mandala Bhakti

Museum Mandala Bhakti pertama kali dirancang sebagai Raad van Justitie atau pengadilan banding untuk kelompok orang-orang Eropa di Semarang. Jadi hal ini tidak heran jika massa ini sangat formal dan kaku. Perancangnya Belanda arsitek Kuhr I. E. dari Firma Ooiman dan van Leeuwen. Bangunan ini terletak pada arah frontal jl. Pemuda tepat di depannya adalah bidang Tugumuda (d.h Wilhelmina plein). Berdasarkan tahun berkaryanya Ir. Kuhr E. di Indonesia, diperkirakan bahwa Raad van Justitie bangunan ini dibangun sekitar tahun 1930. Gedung yang digunakan oleh Diponegoro Regional perintah markas besar militer sebagai pertahanan wilayah II, pada tahun 1950.



Di masa perjuangan, Mandala Bhakti Museum adalah sebuah museum perjuangan militer yang menyimpan beberapa data koleksi dokumentasi, persejnjataan TNI tradisional dengan senjata modern. Serta alat-alat yang digunakan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Seluruh koleksi disimpan di museum, bukti fisik dan faktual sejarah perintah militer Diponegoro. Di depan perjuangan Museum Mandala Bhakti ditempatkan senjata berat senapan arteleri 25 PDR bidang kondisi masih baik. Satu koleksi bernilai sejarah tinggi adalah jenis pistol kuno "Luger" dan senapan mesin Browning. Senjata ini diyakini dapat digunakan dalam waktu lima hari pertempuran di Semarang. Museum ini juga memiliki koleksi artefak militer Indonesia yang menakjubkan dan foto-foto dari pahlawan Indonesia.

Museum Mandala Bhakti terdiri dari dua lantai dan orientasi bangunan di Utara. Yayasan batu, srtuktur batu bata dan dinding batu bata berplester. Bentuk atap piramida dengan bahan penutup dari ubin. Ada teras di depan sepanjang sisi bangunan, keduanya di lantai pertama dan lantai lantai pertama teduh lantai kedua. Lantai serambi balkom. Sementara kedua teras lantai dengan atap yang menyatu dengan bangunan utama. Serambi adalah sebagian dinding atas. Masuk menonjol dengan perforasi yang berfungsi sebagai elemen estetika dan bovenlicht. Demikian juga berdekatan dinding, dihiasi dengan lubang yang memberikan kesan formal pada fasadenya.

Pada awal bangunan ini (sekitar tahun 1930) digunakan untuk Raad van Justitie atau pengadilan banding untuk kelompok orang-orang Eropa di Semarang, kemudian ketika Belanda jatuh dan diambil alih oleh Jepang sebagai markas besar polisi militer Jepang, dan setelah Indonesia Merdeka di sekitar tahun 1950-an bangunan yang pernah digunakan oleh Diponegoro Regional perintah markas besar militer sebagai pertahanan wilayah II dan pengembangan kemudian pada tahun 1985 telah dikonversi menjadi Museum perjuangan dikelola oleh Komando militer IV Diponegoro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar